PEMBAHASAN
2.1
Konsep Motivasi
a.
Pengertian Motivasi
Motif adalah daya penggerak dari dalam
dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan. Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Menurut Mc. Donald , motifasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ‘feeling’
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang
dikemukakan Mc. Donald terdapat elemen penting.
1. Motivasi
mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
2. Motivasi
ditandai dengan munculnya rasa /’feeling’, afeksi seseorang.
3. Motivasi
akan dirangsang karena adanya tujuan.
b.
Kebutuhan
dan Teori Tentang Motivasi
Seseorang melakukan suatu aktivitas karena adanya
“Biogenic theoris” yang menyangkut proses bioligis lebih menekankan pada
mekanisme pembawaan biologis, seperti insting dan kebutuhan-kebutuhan bioligis.
Sedangkan “sosiogenic theories” lebih menekankan adanya pengaruh kebudayaan/kehidupan
masyarakat. Dari kedua pandangan itu dalam perkembangan akan menyangkut
persoalan-persoalan insting, fisiologis, psikologis dan pola-pola kebudayaan.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang melakukan aktivitas karena didorong oleh
faktor-faktor, kebutuhan biologis, insting, dan mungkin unsur-unsur kejiwaan
yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Skinner merumuskan
mekanisme stimulus dan respons. Mekanisme
stimulus dan respons inilah akan memunculkan suatu aktivitas belajar.
Memberikan motivasi pada siswa, berarti menggerakkan
siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya
menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu
kegiatan belajar.
Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution,
manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan, yaitu sebagai berikut.
a. Kebutuhan
untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas;
b. Kebutuhan
untuk menyenangkan orang lain;
c. Kebutuhan
untuk mencapai hasil;
d. Kebutuhan
untuk mengatasi kesulitan.
2.2
Fungsi Motivasi
Ada tiga fungsi
motivasi sebagai berikut.
1. Sebagai
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;
2. Menentukan
arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai;
3. Menyeleksi
perbuatan ;
4. Pendorong
usaha;
5. Pencapaian
prestasi.
2.3
Macam-macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis
motivasi, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu sebagai berikut.
1.
Motivasi
dilihat dari dasar pembentuknya
a. Motif-motif bawaan
Motif bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir
tanpa dipelajari. Contoh: dorongan untuk makan.
b. Motif-motif yang dipelajari
Yaitu motif yang timbul
karena dipelajari. Contoh: dorongan untuk belajar suatu instrument musik.
2.
Jenis-jenis
motif menurut Frandsen:
a.
Cognitive Motives.
Motif
ini menunjukkan gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan individual yang
berada di dalam diri manusia dan terwujud
dalam proses dan produk mental. Motif ini sangat penting dalam kegiatan
belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.
b. Self
–expression.
Penampilan
diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang terpenting kebutuhan individu itu bukan sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu
terjadi , tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Jadi, dalam hal ini
seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.
c. Self-enhacement.
Melalui aktualisasi
diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang.
3. Jenis motivasi menurut Woodworth
dan Marquis.
a. Motif
atau kebutuhan organis, contoh: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas,
beristirahat.
b. Motif-motif
darurat. Contoh: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas. motivasi
jenis ini timbul karena rangsangan dari luar
c. Motif-motif
objektif/kebutuhan untuk bereksplorasi(mengembangkan potensi diri. Motif-motif
ini timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
4.
Motivasi
jasmaniah dan rohaniah.
Yang termasuk motivasi jasmani misalnya, refleks,
insting, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.
Kemauan
itu terbentuk melalui 4 momen.
a. Momen
timbulnya alasan.
b. Momen
pilih
c. Moment
putusan
d. Moment
terbentuknya kemauan.
5.
Motivasi
intrinsik dan ekstrinsik Motivasi intrinsik
Adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
a.
Motivasi
Intrinsik
Adalah
motif-motif yang berfungsi tanpa perlu di rangsang dari luar. Contoh: seseorang
yang gemar membaca, tanpa perlu disuruh untuk membaca.
b. Motivasi ekstrinsik
Adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Contoh: seseorang yang ingin menghadapi ujian, tanpa di suruh dia akan belajar
karena menginginkan nilai baik.
2.4
Bentuk-bentuk
Motivasi di Sekolah
Ada beberapa bentuk dan
cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu
sebagai berikut.
a. Memberi Angka
Angka
dalam ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar,
yang utama justru untuk mencapai angka-angka/nilai yang baik. Sehingga siswa
biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport
angkanya baik-baik.
Oleh
karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh guru adalah bagaimana cara
memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan
kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja, tetapi juga
keterampilan dan afeksinya.
b.
Hadiah
Hadiah
dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah
untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak
senang dan tidak berbakat untuk sesuatu tersebut.
c.
Saingan/kompetisi
Saingan
atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar
siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak
dimanfaatkan di dalam dunia industry atau perdagangan, tetapi juga sangat
digunakan untuk meningkatkan kegiatan
belajar siswa.
d.
Ego-involvement
Menumbuhkan
kesadaran kepada siswa agar merasakan petingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah
sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha
dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga
dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga
diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan
keras bisa jadi karena harga dirinya.
e.
Memberi
Ulangan
Para
siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena
itu, member ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus
diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena
bisa membosankan. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau akan
ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.
f.
Mengetahui
Hasil
Dengan
mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong
siswa untuk lebih giat lagi. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar
meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan satu
harapan hasilnya terus meningkat.
g. Pujian
Apabila
ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan abik, perlu
diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reiforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi
yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya
harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan
dan mempertinggi gairah belajar serta seklaigus akan membangkitkan harga diri
h.
Hukuman
Hukuman
sebagai reiforcement yang negative tetapi kalu diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman.
i.
Hasrat
untuk Belajar
Hasrat
untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini
akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud.
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk
belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
j.
Tujuan
yang diakui
Rumusan
tujuan yang diakui dan diterima baik siswa, akan merupakan alat motivasi yang
sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa
sangat berguna dan menguntungkan, maka
akan timbul gairah untuk belajar.
2.5
Konsep Aktivitas dalam Belajar
Di
dalam belajar diperlukan aktivitas, karena prinsipnya belajar adalah berbuat.
Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi
belajar-mengajar.
Anak
tergolong suatu organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utama yang
dikemukakan Frobel bahwa anak itu harus bekerja sendiri. Untuk memberikan
motivasi, maka dipopulerkan suatu semboyan “berfikir dan berbuat”.
Montessori
juga menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk bekerja sendiri,
membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati
bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan Montessori ini memberikan
petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri
anak adalah anak itu sendiri., sedang pendidik memberikan bimbingan dan
merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.
Dalam
hal kegiatan ini, Rausseau memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu
harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
sendiri, dengan bekerja sendiri, denagn fasilitas yang diciptakan sendiri, baik
secara rohani maupun teknis.
Dari
beberapa pandangan yang dikemukakan dari berbagai ahli tersebut, jelas bahwa
dalam kegiatan belajar, subjek didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata
lain, bahwa dalam sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses
belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.
2.6
Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar
Sekolah
adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di sekolah merupakan
arena untuk mengembangkan aktivitas. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan
atau hanya mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional.
Paul B.Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan yang antara lain dapat
digolongkan sebagai berikut.
a. Visual activities, yang
termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti
menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat ,
mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c.
Listening
activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, music, pidato.
d. Writing activities,
aeperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e.
Drawing
activities,misalnya: menggambar, membuat grafik,
peta, diagram.
f.
Motor
activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
g. Mental activities, sebagai
contoh misalnya: menanggapi mengingat, memecahklan soal, menganalisis, melihat
hubungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activities, seperti
misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani,
tenang, gugup.
Jadi, dengan klaisifikasian aktivitas seperti
diuraikan di atas, menunjukkan bahwa di sekolah cukup kompleks dan bervariasi.
Untuk teman-teman yang ingin menanggapai atau memberi pertanyaan terhadap materi yang kami bahas, kami persilahkan. Akan tetapi untuk yang bertanya kami batasi sampai hari Kamis 14 Maret jam 13.00. karena sisa waktu tersebut akan kami gunakan untuk menanggapi pertanyaan teman-teman sekalian.
BalasHapusTerimakasih
^_^
(kalau ada yang bertanya setelah batas waktu yang telah ditentukan diatas. kami kelompok 3 meminta maaf kalo pertanyaan tersebut tidak terjawab)
Rizky Setiawan
BalasHapusNIM A1B110039
Tadi dijelaskan bahwa motivasi bisa saja berbentuk hukuman. Akan tetapi, saya pernah menemui kasus dimana motivasi yang berbentuk hukuman tidak begitu efektif.
Di SMP saya dulu, para siswa senang memakai pakaian yang tidak rapi (saya rasa teman-teman tahu sendiri maksud saya ini seperti apa) dan para siswi senang memakai rok sepinggul. Bahkan ada beberapa siswi yang memakai resleting bawah belakang rok yang panjang karena beberapa siswi tersebut sudah mengendarai sepeda motor. Hanya saja, mereka tidak memakai stocking maupun celana panjang di dalamnya. Mereka tak segan-segan tidak menutup resleting tersebut ketika sudah tiba di sekolah. Padahal, guru-guru melarang siswa dan siswi tersebut berpenampilan seperti itu. Mereka sudah memberikan poin peringatan hingga hukuman bagi yang melanggar peraturan. Akan tetapi, mungkin karena faktor pubertas yang selalu ingin minta perhatian sehingga siswa dan siswi tersebut masih saja bandel. Mereka bahkan bangga dengan teman-teman mereka jika mereka sampai bermain kucing-kucingan ataupun tertangkap guru karena kesalahan mereka.
Nah menurut kelompok, bagaimana sebaiknya mengatasi situasi tersebut jika mungkin pada suatu ketika nanti situasi tersebut bisa saja menimpa kita ketika sudah menjadi seorang guru. Menurut saya sendiri jika hanya gurunya yang mencontohkan berpenampilan rapi, itu belum cukup. Pemberian hukuman pun belum efektif.
Kemudian saya ingin konsultasi mengenai adik saya. Adik saya itu sangat malas belajar. Tidak seperti saya yang rajin, baik hati, dan tidak sombong (hehehe). Adik saya hanya termotivasi untuk belajar ketika saya menyediakan media yang sangat menarik. Jujur saya kebingungan mengingat saya tidak begitu ahli dalam membuat media-media yang menarik. Jika ada yang punya bukunya, dan jika diperbolehkan, saya ingin meminjam untuk mempelajarinya.
Terima kasih.
Rahmi Nike Rosahin
HapusA1B110035
Menanggapi pertanyaan Rizki,
menurut saya seorang anak yang memang "bandel" tidak bisa hanya diberi hukuman dan omelan agar ia tidak mengulangi kesalahannya lagi. sebagai seorang guru, kita tentu mengetahui jika anak tersebut pada dasarnya memang "bandel", nah janganlah gunakan kekerasan dalam mendidik anak yang pada dasarnya memang "bandel". kita dapat memberikan pencerahan secara halus kepada anak tersebut, kita dapat memberitahu akibat buruk dari apa yang ia lakukan. Bukan kah hal ini belum pernah dilakukan di sekolah? kekerasan hanya akan menambah kebandelan anak tersebut.
Makasih ...
Lantas bentuk motivasi yang lebih baik terhadap situasi tersebut menurut saudari bagaimana?
HapusApakah memberikan sosialisasi secara halus itu masuk motivasi?
Untuk masalah hukuman menurut saya tidak harus kekerasan karena sebelumnya saya menyatakan ada hukuman yang berupa poin. Poin tersebut nantinya akan berdampak pada nilai siswa atau bahkan mempengaruhi kesempatannya untuk naik kelas.
Menurut saya hukuman masih bisa berfungsi pada anak SD dan Mahasiswa.
Anak SD secara alamiah takut dengan hukuman. Apalagi jika sampai ketahuan temannya bahwa dia mendapat hukuman, si anak pasti akan merasa malu.
Mahasiswa takut dengan hukuman karena berkaitan dengan masalah nilai dan kelulusan mereka.
Sedangkan pada anak remaja seperti kasus yang saya ungkapkan, hukuman merupakan motivasi yang kurang efektif.
Jadi, kembali saya tanyakan bagaimana motivasi yang lebih efektif kepada kelompok dan teman-teman lainnya.
Apakah sosialisasi secara halus yang sudah di utarakan saudari Rahmi adalah motivasi yang lebih efektif?
Mohon kelompok menanggapinya.
Terima kasih atas perhatiannya ya! :)
Tambahan, nama saya Rizky, bukan Rizki.
HapusBerhubung di kelas kita banyak yang punya nama Rizki.
Hehehe
Kami akan menaggapi
Hapusuntuk menangani masalah siswa yang bandel, menurut saya jika sudah kelewatan dan tidak bisa ditangani sekolah lagi. maka sekolah bisa memindahkan siswa tersebut ke sekolah yang lain atau bisa langsung mengembalikan siswa tersebut kepada orang tuanya. TAPI INI ADALAH SOLUSI TERAKHIR.
Sebelum melakukan itu pihak sekolah, guru BP, dan guru-guru yang lain memberikan teguran secara halus, bisa dari nasihat rohani atau nasihat yang lain. tetapi jika siswa tersebut masih bandel bisa diberikan hukuman poin, skorsing dll.
dan kalo masih bandel juga, terpaksa sekolah mengembalikan kepada orang tua siswa tersebut.
A.FAZARUDIN RIZKI (A1B110042)
HapusMenanggapi pertanyaan saudara Rizki...
Mengenai masalah yang saudara alami tersebut itu mungkin karena kurangnya sikap tegas seorang guru dan juga mungkin karena peraturannya yang tidak memberikan kejelasan yang pasti, mengapa harus ada sistem point? hal-hal tersebut tidak memberikan suatu pemecahan, malah memberikan kesenjangan murid terhadap hukuman point. Guru sebagai pendidik, tidak hanya mencontohkan sikap dan penampilan kepada murid, tetapi bagaimana guru bisa memberikan manfaat yang baik bagi muridnya. baik itu pembelajarannya maupun hal yang bermanfaat lainnya.
Lalu, bagaimana menghadapi murid yang dikatakan "BANDEL" tersebut. Menurut saya, caranya adalah memberikan motivasi pembelajaran spiritual(agama,dsb), emosional(seni,tata krama, dsb), dan intelektual. Tiga hal tersebut dapat menyeimbangkan sikap murid asalkan guru juga mampu memberikan yang baik dan berkompeten untuk mengembangkan kemampuan muridnya. Mengenai memberikan hukuman poin, skorsing, dan sebagainya itu menurut saya bukan cara yang baik. Sebaiknya, murid harus sudah mengetahui peraturan sekolah sejak pertama kali dia masuk, dia harus sadar bahwa sekolah yang dia tempati tersebut mempunyai peraturan yang sudah jelas sekali bila melanggar akan mendapatkan sanksi. dan juga guru berperan penting dalam menjalankan peraturan tersebut agar guru dapat memantau perkembangan murid. Jika murid berbuat sewenangnya diluar sekolah (tidak di sekolah), maka peran orangtua lah yang harus memberikan sikap tegas tersebut.
Itu tanggapan terbaik saya, Terima Kasih.
kata Rizky, sistem poin yaa?
Hapusberdasarkan pengalaman, sistem poin itu tidak efektif. sistem poin itu merugikan baik yang melanggar maupun yg mematuhi. seperti, anak yg sering dtng terlambat, selalu saja di beri poin yg lama kelamaan poin mnjdi bnyk dan terancam dikeluarkan dr sekolah, apkh cuma krn trlmbt masuk sekolah seorang anak harus dikeluarkan? tentu ini sangat merugikan anak trsbut. seperti, anak yg selalu mematuhi aturan poin, sampai lulus ia juga rugi krn susah payah mematuhi semuanya tetapi tdk mendapat apa2 dr sekolah, seharusnya yaa diberi hadiah lh, hehehe (pengalaman pribadi wkt SMA)
Rahmi Nike Rosahin
BalasHapusA1B110035
Motivasi adalah salah satu hal terpenting dalam aktivitas belajar. Akan tetapi, tidak semua siswa memiliki motivasi yang sama. pertanyaan saya adalah bagaimana kita sebagai calon guru memotivasi siswa-siswi kita nanti padalah pada kenyataannya siswa tersebut sama sekali tidak berminat mengikuti pelajaran apalagi belajar di rumah ?
Makasih...
Kami akan menanggapi.
HapusPertama, kita sebagai guru harus menanyakan siswa tersebut mempunyai cita-cita jadi apa?
lalu kita sebagai guru dapat membantu siswa tersebut dengan dukungan moril sehingga siswa tersebut merasa senang karena telah kita perhatikan. jadi seorang siswa kebanyakan membutuhkan perhatian lebih dari gurunya. itulah yang akan meninggkatkan motivasi belajar siswa.
Contoh:
Konteks (Shinta malas belajar)
Guru : "Shinta, kenapa kamu malas belajar? Kamu mau jadi apa Shinta?"
Shinta: "Mau jadi Perawat, Bu."
Guru: "Kalau begitu mulai sekarang kamu harus rajin membaca buku-buku Kimia dan Biologi. karena hal itu akan memudahkan kamu dikemudian hari. Nanti saat jam istirahat temui Bapak di ruang guru. jadi biar bapak pinjamkan buku-buku tersebut dengan Pak Ali (guru ipa).
Shinta: "Iya, terimakasih pak."
dst...
A.FAZARUDIN RIZKI (A1B110042)
HapusMenanggapi pertanyaan dari saudari Nike mengenai bagaimana kita sebagai calon guru memotivasi siswa-siswi kita nanti padalah pada kenyataannya siswa tersebut sama sekali tidak berminat mengikuti pelajaran apalagi belajar di rumah?
Kita kembalikan kepada siswanya, mengapa dia tidak berminat dengan pelajaran tersebut? Kita tidak bisa memberikan praanggapan kepada siswa bahwa dia sudah tidak bisa ditangani atau sebagainya. Menurut saya, bukannya siswa tidak berminat dengan pelajaran tersebut, mungkin saja dia belum bisa memahami pelajaran itu dan membuat dia menjadi tidak berminat. Atau mungkin saja guru yang memberikan pelajaran tersebut tidak bisa dipahami oleh muridnya secara langsung karena penjelasan terlalu cepat, dan sebagainya. Hal itulah yang dapat membuat siswa mungkin menjadi tidak berminat terhadap pelajaran tersebut.
Nah, akar permasalahan tersebut mungkin kita bisa memberikan sedikit penggambaran bahwa murid tidak selalu bisa dalam segala hal. untuk itulah, peran guru sebagai motivator bagi siswanya adalah memberikan suatu pembelajaran yang efektif dan mampu membangkitkan semangat siswa untuk kreatif berpikir. Misalnya saja ada seorang siswa tidak berminat terhadap pelajaran fisika, maka guru yang kreatif harus bisa mengupayakan siswanya agar berminat, dengan cara memberikan pembelajaran secara bertahap dan efektif, melakukan praktek yang tidak harus berdasarkan uji coba di materi melainkan hal yang menyenangkan seperti membuat pesawat kecil dengan bahan sederhana yang sesuai dengan penghitungan, dan sebagainya.
Jika siswa masih tidak berminat dengan pelajaran tersebut, maka guru harus memberikan pembelajaran intensif. pembelajaran intensif ini tidak hanya mengutamakan pembelajarannya, melainkan guru berperan aktif ikut serta memberikan pengalaman, kesan dan motivasi yang disampaikan langsung kepada siswa agar siswa dapat berpikir kembali dan berminat.
Memang tidak semudah yang kita kira untuk melakukannya, tapi kalau ada kemauan untuk mengubah, disitulah ada jalan.
Terima Kasih....
Maulida Astuti
BalasHapusNim A1B110023
Saya ingijn bertanya mengenai motivasi di sekolah, menurut kalian motivasi yang bagaimana sebaiknya diberikan kepada murid agar murid aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut pengalaman saya, setelah guru selesai memberikan materi dan bertanya kepada murid apakah ada yang ditanyakan atau guru menanyakan paham atau tidak, murid seringkali hanya diam padahal diantara mereka masih ada yang tidak paham. Nah, menurut kalian motivasi yang bagaimana yang sebaiknya diberikan?
Sbnrnya perilaku anak yg tidak mau bertanya dapat diakibatkan oleh kemalasan,keraguan,ketakutan,atau ketidakpercayadirian yang dirasakan oleh anak tersebut. Hal ini dapat ditanggulangi oleh pendidik dengan memberikan motivasi dalam bentuk positif. Berikan penguatan pada anak! Penguatan dapat berupa kata-kata motivasi, pujian (walau jawaban mereka kurang tepat), & bimbingan (kata-kata atau tindakn yang mengarahkan mereka pada jawaban yg bnr).
BalasHapus